Kamis, 19 Januari 2023

KATA MUTIARA ALI BIN ABI THOLIB

 


Tampilkan postingan dengan label Kata mutiaraTampilkan semua postingan

SENIN, 11 DESEMBER 2017

30 kata mutiara dari Sahabat Rosululloh SAW ( Ali bin Abi Thalib )

Kata mutiara Ali bin Abi Thalib.

1. Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya.

2. Memulai pekerjaan adalah sunnah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.

3. Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka ajaklah dia bertukar pikiran dengan mu. Sebab, dengan bertukar pikiran itu, engkau akan mengetahui kadar keadilan dan ketidakadilannya, kebaikan dan keburukannya.

4. Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan Sebab, akal bertemu dengan akal.

5. Sebaik-baik kehidupan adalah yang tidak menguasaimu dan tidak pula mengalihkan perhatiaanmu (dari mengingat Allah SWT).

6. Tanyailah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap

7. Kecemburuan seorang wanita adalah kekufuran, sedangkan kecemburuan seorang laki-laki adalah keimanan.

8. Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi dibawah lidahnya

9. Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliaannya. Sebab, jika hati itu dipaksakan, ia akan buta


10. Tidak ada kenikmatan di dunia ini yang lebih besar dari pada panjang umur dan badan yang sehat.


11. Sesungguhnya wanita (sanggup) menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun, namun tidak (sangup) menyembunyikan kebenciaan walau hanya sesaat.

12. Tiga hal yang menyelamatkanmu, yaitu; takut kepada Allah, baik secara diam-diam maupun terang-terangan; hidup sederhana, baik di waktu miskin maupun kaya; dan berlaku adil, baik diwaktu marah maupun ridha.

13. Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi; (pertama) tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (kedua) tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (ketiga) tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh

14. Barang siapa yang dalam urusannya berada pada posisi tidak memikirkan akibatnya, maka dia telah menghadapkan dirinya pada musibah yang besar

15. Diantara taufik adalah berhenti ketika ragu

16. Diantara amal kebajikan yang paling utama adalah; berderma di saat susah, bertindak benar ketika sedang marah, dan memberi maaf ketika mampu untuk menghukum

17. Kebajikan adalah apa yang dirimu merasa tenang padanya dan hatimu merasa tentram karenanya. Sedangkan dosa adalah yang jiwamu merasa resah karenanya dan hatimu menjadi bimbang

18. Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati, dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga

19. Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah ta’ala hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan



20. Janganlah engkau teregsa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.


21. Jauhilah olehmu posisi mengemukakan alasan. Sebab, ada kalanya alasan justru menetapkan kesalahan terhadap orang yang berdalih itu, meskipun dia bersih dari dosa itu

22. Barangsiapa yang telah kehilangan keutamaan kejujuran dalam pembicaraannya, maka dia telah kehilangan akhlaknya yang termulia

23. Buruk sangka melayukan hati, mencurigai orang yang terpercaya, menjadikan asing kawan yang ramah, dan merusak kecintaan saudara

24. Janganlah engkau merasa senang dengan banyaknya teman, selama mereka bukan orang yang baik-baik. Sebab, kedudukan teman seperti api, sedikitnya adalah kenikmatan, sedangkan banyaknya adalah kebinasaan.

25. Sebaik-baik teman, jika engkau tidak membutuhkannya, dia akan bertambah dalam kecintaannya kepadamu, dan jika engkau membutuhkannya, dia tidak akan berkurang sedikitpun kecintaannya kepadamu

26. Ada kalanya perang terjadi karena satu kalimat, dan ada kalanya pula cinta tertanam karena pandangan sekilas

27. Perbuatan buruk yang menjadikanmu bersedih karenanya lebih baik di sisi Allah dari pada perbutan baik yang membuatmu bangga

28. Siapa yang memandang dirinya buruk maka dia adalah orang yang baik. Dan siapa yang memandang dirinya baik, dia adalah orang yang buruk.

Sabtu, 09 Februari 2019

BPD

UTugas BPD – 

BPD adalah singkatan dari Badan Permusyawaratan Desa. Tiap desa selalu memiliki BPD. BPD Desa memiliki tugas dan fungsi penting. Tupoksi BPD ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 110 Tahun 2016. Kali ini akan dibahas mengenai tugas BPD dan fungsi BPD beserta pengertian, keanggotaan, hak, kewajiban, wewenang dan tata tertib BPD selengkapnya.

Pengertian BPD

Apa itu BPD? Berdasarkan Permendagri No 110 Tahun 2016 Bab I tentang Ketentuan Umum pasal 1 poin nomor 4, pengertian Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Anggota BPD

Bagaimana aturan keanggotaan BPD? Berdasarkan Permendagri No 110 Tahun 2016 Bab III tentang Keanggotaan BPD pada paragraf 1 pasal 5, anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang. Penetapan Jumlah anggota BPD memperhatikan jumlah penduduk dan kemampuan Keuangan Desa. Wilayah yang masuk merupakan wilayah dalam desa seperti wilayah dusun, RW atau RT.

Fungsi BPD

BPD memiliki beberapa fungsi umum yang menjadi dasar terbentuknya BPD. Fungsi BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab V tentang Fungsi dan Tugas BPD pasal 31 yaitu:

Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa

Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Tugas BPD

BPD memiliki beberapa tugas yang harus dijalankan oleh organisasi ini. Tugas BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab V tentang Fungsi dan Tugas BPD pasal 32 yaitu:

Menggali aspirasi masyarakat.

Menampung aspirasi masyarakat.

Mengelola aspirasi masyarakat.

Menyalurkan aspirasi masyarakat.

Menyelenggarakan musyawarah BPD.

Menyelenggarakan musyawarah Desa.

Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.

Menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antar waktu.

Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa.

Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga Desa lainnya.

Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak BPD

BPD memiliki beberapa hak khusus. Hak BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab VI tentang Hak, Kewajiban dan Wewenang BPD pasal 51 yaitu:

Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah DesaMenyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat DesaMendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Kewajiban BPD

BPD memiliki beberapa kewajiban khusus. Kewajiban BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab VI tentang Hak, Kewajiban dan Wewenang BPD pasal 60 yaitu:

a.Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

b.Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

c.Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan.

d.Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa.

e.Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya.

f.Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Wewenang BPD

BPD memiliki beberapa wewenang khusus. Kewenangan BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab VI tentang Hak, Kewajiban dan Wewenang BPD pasal 63 yaitu:

1.Mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan aspirasi

2.Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan tertulis

3,Mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya

4.Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa
Meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa

5.Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

6.Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baikMenyusun peraturan tata tertib BPD

7.Menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Bupati/Wali kota melalui CamatMenyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa

8.Mengelola biaya operasional BPDMengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada Kepala Desa

9.Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Peraturan Tata Tertib BPD

Layaknya organisasi lain, BPD juga memiliki tata tertib khusus yang harus dipatuhi oleh lembaga dan anggota. Tatib BPD ini terdiri dari beberapa poin. Tata Tertib BPD diatur pada Permendagri No 11 Tahun 2016 Bab VII tentang Peraturan Tata Tertib BPD pasal 64 yaitu:

BPD menyusun peraturan tata tertib BPDPeraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah BPDPeraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. keanggotaan dan kelembagaan BPD

b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD

c. waktu musyawarah BPD

d. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD

e. tata cara musyawarah BPD

f. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD

g. pembuatan berita acara musyawarah BPD

Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi

a. pelaksanaan jam musyawarah
b. tempat musyawarah
c. jenis musyawarah
d. daftar hadir anggota BPD

Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap

b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketua BPD berhalangan hadir

c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir

d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antarwaktu.

Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi:

a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa
b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa
c. tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa
d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat

Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf f
meliputi:

a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa
b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan BPD
c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala Desa
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Bupati/Wali kota

Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf g meliputi:

a. penyusunan notulen rapat
b. penyusunan berita acara
c. format berita acara
d. penandatanganan berita acara
e. penyampaian berita acara

Nah itulah info lengkap mengenai BPD (Badan Permusyawaratan Desa) yang meliputi pengertian dan kepanjangan BPD, keanggotaan BPD, tugas BPD desa, hak dan kewajiban BPD, wewenang BPD serta tata tertib BPD lengkap. Info di atas bersifat resmi karena bersumber langsung dari isi Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Senin, 11 Desember 2017

30 kata mutiara dari Sahabat Rosululloh SAW ( Ali bin Abi Thalib )

Kata mutiara Ali bin Abi Thalib.

1. Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat dari pada memulainya.

2. Memulai pekerjaan adalah sunnah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.

3. Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka ajaklah dia bertukar pikiran dengan mu. Sebab, dengan bertukar pikiran itu, engkau akan mengetahui kadar keadilan dan ketidakadilannya, kebaikan dan keburukannya.

4. Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan Sebab, akal bertemu dengan akal.

5. Sebaik-baik kehidupan adalah yang tidak menguasaimu dan tidak pula mengalihkan perhatiaanmu (dari mengingat Allah SWT).

6. Tanyailah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap

7. Kecemburuan seorang wanita adalah kekufuran, sedangkan kecemburuan seorang laki-laki adalah keimanan.

8. Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi dibawah lidahnya

9. Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliaannya. Sebab, jika hati itu dipaksakan, ia akan buta


10. Tidak ada kenikmatan di dunia ini yang lebih besar dari pada panjang umur dan badan yang sehat.


11. Sesungguhnya wanita (sanggup) menyembunyikan cinta selama empat puluh tahun, namun tidak (sangup) menyembunyikan kebenciaan walau hanya sesaat.

12. Tiga hal yang menyelamatkanmu, yaitu; takut kepada Allah, baik secara diam-diam maupun terang-terangan; hidup sederhana, baik di waktu miskin maupun kaya; dan berlaku adil, baik diwaktu marah maupun ridha.

13. Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi; (pertama) tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (kedua) tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (ketiga) tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh

14. Barang siapa yang dalam urusannya berada pada posisi tidak memikirkan akibatnya, maka dia telah menghadapkan dirinya pada musibah yang besar

15. Diantara taufik adalah berhenti ketika ragu

16. Diantara amal kebajikan yang paling utama adalah; berderma di saat susah, bertindak benar ketika sedang marah, dan memberi maaf ketika mampu untuk menghukum

17. Kebajikan adalah apa yang dirimu merasa tenang padanya dan hatimu merasa tentram karenanya. Sedangkan dosa adalah yang jiwamu merasa resah karenanya dan hatimu menjadi bimbang

18. Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati, dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga

19. Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah ta’ala hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan



20. Janganlah engkau teregsa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.


21. Jauhilah olehmu posisi mengemukakan alasan. Sebab, ada kalanya alasan justru menetapkan kesalahan terhadap orang yang berdalih itu, meskipun dia bersih dari dosa itu

22. Barangsiapa yang telah kehilangan keutamaan kejujuran dalam pembicaraannya, maka dia telah kehilangan akhlaknya yang termulia

23. Buruk sangka melayukan hati, mencurigai orang yang terpercaya, menjadikan asing kawan yang ramah, dan merusak kecintaan saudara

24. Janganlah engkau merasa senang dengan banyaknya teman, selama mereka bukan orang yang baik-baik. Sebab, kedudukan teman seperti api, sedikitnya adalah kenikmatan, sedangkan banyaknya adalah kebinasaan.

25. Sebaik-baik teman, jika engkau tidak membutuhkannya, dia akan bertambah dalam kecintaannya kepadamu, dan jika engkau membutuhkannya, dia tidak akan berkurang sedikitpun kecintaannya kepadamu

26. Ada kalanya perang terjadi karena satu kalimat, dan ada kalanya pula cinta tertanam karena pandangan sekilas

27. Perbuatan buruk yang menjadikanmu bersedih karenanya lebih baik di sisi Allah dari pada perbutan baik yang membuatmu bangga

28. Siapa yang memandang dirinya buruk maka dia adalah orang yang baik. Dan siapa yang memandang dirinya baik, dia adalah orang yang buruk.

29. Wassallamualaikumm warohmatullah wabbarokatuh. semoga kita semua bisa mengambil sebuah pelajaran berharga dari kata - kata mutiara beliau sayiddina Ali bin abi thalib agar kita semua bisa memahami kata - kata beliau.

30. Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan dimana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain.

Selasa, 14 November 2017

Papar Kiblat limo pancer

Papat Kiblat limo pancer
(Sumber :https://m.facebook.com/shterateindonesia/)

Mungkin kata kata ini menjdi tdk asing lgi bgi kita....cuma kurang bgitu jelas arah dn tujuanya dn terdapt kndungan apa...disini saya sekedar memberi jalan untuk menemukanya....bukan berarti sy pun sdah mnemukan atau sok tahu...tapi sekedar dongeng supaya tdk salah arah...
Munculnya ajaran papat kiblat limo pancer tidak lepas metamorfosis ajaran islam dengan pitutur luhur orang jawa yang berhasil dirangkai sangat halus oleh tokoh spiritual agama islam yaitu sunan kalijogo ada yang memaknai sunan yang bisa menjaga aliran budaya jawa tanpa bersinggungan dengan ajaran islam...
Maaf saudaraku namun demikian bukan berarti pelajaran tersebut harus dipelajari orang islam tapi smua agama dan budaya bisa mewarnainya tergantung bagaimana kita memahaminya..
Ini salah satu kidung/syair yang mengandung makna PAPAT KIBLAT LIMA PANCER

Ana Kidung akadang premati,
Among tuwuh ing kuwasanira,
Nganakaken saciptane,
Kakang kawah puniku,
Kang rumeksa ing awak mami,
Anekakaken sedya,
Pan kuwasanipun
Adhi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah//
Ponang Getih ing Rahina Wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu-uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang

“Ada sabda tentang saudara kita yang merawat dengan sungguh-sungguh. Yang memelihara berdasarkan kekuasaannya. Apa yang dicipta terwujud. Ketuban itu, yang menjaga badan saya. Yang menyampaikan kehendak, dengan kuasanya. Dinda ari-ari itu, yang memayungi semua tindakan berdasarkan kekuasaannya / yang menyampaikan tujuan.”

“Sedangkan darah siang dan malam membantu Allah yang kuasa. Mewujudkan Kehendak-Nya. Pusar kekuasaannya, memperhatikan sungguh-sungguh diriku, memenuhi permintaanku. Kekuasaannya itu. Maka, lengkaplah empat saudara saya, kelimanya sebagai pusat. Sudah menjadi satu. Manunggal dengan wujudku.”

Ketika proses persalinan pada wanita, maka yang akan keluar pertama adalahKETUBAN, hal ini sering kita kenal dengan istilah pecah ketuban dan kemudian diikuti dengan kontraksi (His istilah medis) yang akan menyebabkan terjadinya pembukaan lubang jalan lahir, hingga si bayi akhirnya terlahir. Hal inilah yang disebut sebagai kakang (kakak) saudara tertua manusia, karena pecahnya ketuban merupakan tanda awal proses persalinan yang berfungsi untuk melicinkan jalan bayi dalam persalinan. Ketika seorang bayi lahir, maka diikuti dengan plasenta karena ini plasenta/ari-ari (KAKANG KAWAH ADI ARI ARI)disebut sebagai saudara kandung kedua, kemudian diikuti dengan 2 saudara sekandung lainnya DARAH dan PUSAR (tali pusar).

maka dari itu jika ada pertanyaan apakah saudara empat itu ada?jika ditinjau dari pengertian Saudara (satu udara) maka jelas adanya, bahkan secara kasat mata dapat kita lihat dengan jelas ketika didalam kandungan ataupun ketika seorang bayi terlahir.

Ini juga disimbolkan proses pengkaderan dengan empat tingkatan dalam PSHT
Secara maknawi, saudara empat ini merupakan penjelasan proses terlahirnya manusia atau dengan kata lain sebagai awalan mengenai pengertian “sangkan paraning dumadi”.

Lantas bagaimana bisa keempat saudara tadi disebut sebagai penjaga manusia?bukankah keempatnya jika bayi sudah dilahirkan, menurut adat biasanya keempat hal tadi dipendam atau dihanyutkan yang berarti bagian dari organ-organ itu sudah mati, sudah tidak berguna?secara jasad jelas organ-organ tersebut sudah tidak berguna, tetapi sekali lagi kita berbicara mengenai kebiasaan orang jawa yang selalu mengungkapkan dengan lambang/ simbol. Bukan wujud fisiknya sebagai penjaga namun makna dibalik dari semua proses yang telah terlewati. Berikut gambaran dari masing-masing yang dimaksudkan :

1. Kakang Kawah (ketuban)

Keluar dari guwagarba ibu, sebelum bayi lahir. Cairan ketuban berwarna putih bening. Dilambangkan sebagai arah timur dan berwarna putih. Seperti yang sudah dijelaskan di atas secara medis ketuban merupakan tempat yang menampung si bayi untuk tumbuh dan berkembang. Oleh Sunan Kalijaga, Kakang kawah disebut sebagai “rumeksa sedya”5 yang bermakna membantu mencapai semua usaha dan keinginan. Dilambangkan sebagai arah timur karena berasal dari pemaknaan “kawitono” yang bermakna permulaan / awalan. Dari kata kawitana ini dijadikan sebagai wetan (timur).6

2. Adi Ari-ari (plasenta)
Keluar dari guwagarba ibu bayi setelah bayi lahir. Ari-ari berwarna kekuningan, maka ari-ari dilambangkan sebagai warna kuning dan sebagai arah barat. Ketika bayi terlahir maka dia akan keluar bersamaan dengan plasenta, ia mengantar sampai dengan tujuan yaitu terlahir dengan selamat disertai pengorbanan dirinya5.

Ari-ari / plasenta disini bermakna sebagai “pengarah” dan berusaha selalu menyenangkan manusia. Perlambangan arah barat dikarenakan dari pemaknaan “alon-alon” (pelan-pelan)6. Ketika setelah pecahnya ketuban, maka proses diawali dengan mulai membukanya lubang jalan keluar bayi secara perlahan-perlahan hingga sampai dengan siap biasanya masyarakat umum menyebutnya dengan “bukaan sanga” (pembukaan yang ke 9). Sedangkan ditinjau dari sisi medis ini dikenal dengan proses Kala I yaitu terbukanya jalan lahir dengan lebar kurang lebih 10 cm, sebagai penanda proses bayi siap dikeluarkan. Biasanya proses terbentuknya Kala I sampai dengan sempurna membutuhkan waktu kurang lebih 12-14 jam pada kehamilan pertama dan 6-10 jam pada kehamilan berikutnya7. Dari proses yang sangat lambat atau pelan (alon-alon) dilambangkan (di sanepakan : bahasa jawa) sebagai kulon (barat)6.

3. Getih / Darah
Keluar dari guwagarba ibu waktu melahirkan, darah dilambangkan sebagai warna merah dan sebagai arah selatan. Darah mempunyai fungsi vital dalam perkembangan otak dan organ-organ penting lainnya, dalam hal ini bermakna sebagai “penguat karsamu”5. Kok bisa?lihat baik-baik kalimat “siang dan malam darah membantu Allah”. Hal ini menunjukkan adanya sunnatullah dalam proses penciptaan manusia. Seorang manusia akan tercipta melalui sabdaNya “kun faya kun” namun bukan berarti akan tercipta secara langsung seperti halnya seorang tukang sulap (bim sala bim)8, namun sabdaNya akan selalu menyertai pada apa yang disabda, sehingga dengan kehendak Allah darah mempunyai peranan untuk menumbuhkembangkan janin hingga menjadi bayi. Sedangkan pemaknaan arah selatan diawali dengan pemahaman (njedul : bahasa jawa), setelah lengkap proses pembukaan pada jalan lahir bayi pada seorang ibu, maka kepala si bayi pun mulai keluar / kelihatan . Karena itu dimaknai sebagai Kidul (selatan).

4. Pusar
Pusar merupakan pusat pertumbuhan pada janin, karena tali pusar ini berfungsi sebagai tempat penyaluran nutrisi dari Ibu. Berkaitan dengan fungsi tersebut, pusar dimaknai sebagai “nuruti panedo”5 maksudnya, melalui tali pusar ini si janin mendapatkan pasokan makanan, maka dari itu pusar mempunyai fungsi untuk memenuhi permintaan si jabang bayi. Pusar dilambangkan sebagai warna hitam dan sebagai arah utara. Kenapa warna hitam??karena memang pada kenyataannya, pusar yang telah dipotong lama-kelamaan akan berwarna hitam. Pusar dimaknai sebagai perlambangan arah utara (lor:bahasa jawa). Hal ini dikarenakan, setelah mulai keluarnya kepala bayi karena dorongan dari si Ibu, maka dokter / bidan yang membantu persalinan akan membantu menarik kepala bayi agar bagian tubuhnya akan keluar semua dari lubang jalan lahir si ibu dan diikuti dengan keluarnya tali pusar yang panjang. Proses yang demikian oleh orang jawa dikenal dengan istilah ndedel-modot-molor.6 Karena tertariknya seluruh tubuh bayi dari lubang keluarnya, maka ikut tertarik juga tali pusar yang panjang yang akhirnya harus dipotong. Yang demikian dimaknai sebagai Lor (Utara).6

Ilustrasi Hubungan Hawa Nafsu (kuda) dengan telenging rasa (sais)
Dari apa yang telah disampaikan di atas, yang dimaksud dengan “saudara badan halus” bukanlah sosok ghaib atau apapun namanya, melainkan filosofi atau penggambaran dari Nafs (Hawa). Gambaran adanya empat arah dan warna merupakan filosofi dari macam-macam Nafs beserta karakternya.

Al-Nafs Muthmainnah merupakan nafsu positif, karena memiliki kecenderungan untuk tunduk pada roh suci9.

Maka dari itu Muthmainnah digambarkan sebagai warna putih (ketuban).
Nafsu Sufiyah digambarkan sebagai warna kuning dari plasenta/ari-ari seperti yang telah disampaikan sebelumnya, plasenta / ari-ari bermakna selalu menyenangkan.
Maka dari itu karakter sufiyah cenderung untuk mengejar kenikmatan psikis contoh seks, sombong, narsis dan sebagainya9.

Nafsu Amarah digambarkan sebagai warna merah, perwujudan dari makna darah. Ketika sedang marah tentu kinerja jantung akan bekerja lebih cepat, maka darah pun akan semakin mengaliri semua pembuluh darah yang ada ditubuh sehingga ekspresi manusia akan sangat terlihat dengan jelas ketika mereka sedang marah.

Nafsu Lauwamah dilambangkan sebagai warna hitam yang merupakan gambaran dari pusar. nafsu lauwamah ini cenderung terikat kepada kepuasan biologis, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.9

Jika dikatakan saudara empat (sedulur papat) akan selalu menyertai manusia apakah ini benar?tentu benar jika saudara empat tadi dimaknai sebagai nafs (hawa). Nafs akan selalu mendampingi setiap manusia sampai kapanpun. Keempat nafs ini akan selalu tarik menarik karena memang inilah kodrat manusia, karenanya dibutuhkan keseimbangan agar manusia tidak terombang-ambing dalam ikatan antar nafs.
Sebagai penyeimbang dari semuanya, dibutuhkan pancer atau pusat. Maka dari itu hati manusia yang terdalam (teleng / fu’ad ; mata hati) inilah yang disebut sebagai pancer.

Digambarkan hubungan antara nafs dengan hati (telenging rasa-red) ibarat seperti seorang Sais (kusir) yang mengendalikan empat kuda yang terdiri dari Kuda warna putih, Kuda warna Kuning, Kuda Warna Merah dan Kuda Warna Hitam

10. Sais digambarkan sebagai fu’ad (mata hati;telenging rasa) dan keempat kuda merupakan gambaran dari nafs (hawa), Kereta digambarkan sebagai badan wadag manusia, dan Sang Penunggang Kereta digambarkan sebagai Roh. Jika keempat kuda dapat “dikendalikan” dan dijaga “keseimbangannya”
tentu si sais dapat mengantarkan Sang Penunggang Kereta sampai dengan tujuan akhirNya.

Sebuah logika mendasar dari perumpamaan diatas, kereta tentunya akan mengikuti kemanapun dia ditarik oleh kuda sebagai penarik/penggerak. Itulah gambaran sejati dari badan wadag manusia yang penuh dengan nafsu, angan-angan dan keinginan (watak ala; sifat jelek). Oleh karena itu kita diminta untuk mesu budi, manekung, sembahyang, sholat atau apapun namanya yang pada intinya merupakan latihan olah rasa, untuk menemukan si sais (telenging roso/fu’ad), suatu tempat yang penuh Nur Illahiah. Perpaduan antara Roh Suci yang pada dasarnya merupakan Nur Muhammad (watak kang becik: sifat baik dan penuh kemuliaan) dengan “Kelihaian” Hati (teleng ; fu’ad) dalam mengendalikan hawa nafsu, akan menghasilkan insan-insan yang berbudi luhur, yang tercermin dalam sikap dan perbuatannya. Hal ini dikenal dengan istilah Sikap Batin tercermin dalam sikap lahir, Sikap Lahir luruh dalam Sikap Batin.
Makanya warga PSHT diharapkan ber SETIA HATI dalam mengendalikan 4 hawa nafsu tadi supaya kita tidak tersesat jalanya..
Ilustrasi Hawa Nafsu yang tidak terkontrol (watak ala)
Namun sebaliknya, jika hati seorang manusia tidak “sehat” dan bersikap sembrono (ora eling lan waspada) maka yang terjadi “keempat Kuda” akan menjadi liar (mbedhal:bahasa jawa) menerjang kesusilaan yang pada dasarnya ada pada Hati manusia.10 Watak yang ada pada Roh Suci dapat tertutup dengan besarnya hawa nafsu yang tak terkendali, hati menjadi gelap dan pada akhirnya melanggar seluruh aturan-aturan (angger-angger) tentang kebajikan, kesusilaan, dan keadilan. Kita sebagai warga PSHT diharapkan menjadi SAIS/
KUSIR(WARGA)dengan KERETA(wadah organisasi)
Dengan demikian konsep Kiblat Papat Kalimo Pancer apakah masih dianggap klenik???monggo dipunpenggalih piyambak-piyambak..tetapi yang pasti konsep ajaran Kiblat Papat Kalima Pancer merupakan ajaran luhur wong Jawa. Ajaran yang sangat realistis, ajaran ngelmu kasampurnan yang didasari ngelmu kasunyatan bukan karena gugon tuhon.
Silahkan para saudara untuk teruskan dalam nimbo kaweruh(mencari pengetahuan)kepada yg senior yg lbih dulu menikmati asam pahit,manis nya kehidupan..
Tidak lupa pula ucapan mohon maaf kpda para saudara-saudara yang mungkin tulisan ini tidak sesuai dengan keinginan kita
MAMAYU HAYUNING BAWONO,AMBRESTO DUR HANGKORO

sembah takdim saya ucapkan kepad para pinisepuh PSHT bangkalan,mas sutris tk II mas Handoko tk II dn tdk lupa (allahuyarham )mas samsul kwanyar yang bnyak memberi nilai" kehidupan ber ESHA kpda sy juga (allahuyarham)mas edy banyuwangi kalibaru

Jamus kalimasadha

Jamus kalimasadha

Kalimosodo atau Kalimasadha dalam Cerita Pewayangan istilah jamus kalimosodo terdapat dalam kisah pewayangan baratayudha, suatu jamus/surat yang ada tulisannnya tentang pengertian/kawruh. “barang siapa men...dapat kawruh ini ia akan menjadi raja atau mempunyai kekuasaan yang besar.

Jimad kalimosodo adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki Prabu Puntodewo atau Prabu Yudhistira (Samiaji) dari kerajaan Amartha, pemimpin para pendowo, yang selalu menang dalam peperangan dan akhirnya masuk surga tanpa kematian. Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang dikjqeramatkan di dalam kerajaan amarto, warisan dari Kyai Semar, Jamus Kalimasada adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan, nasib celaka, bebendu atau hukuman dari Tuhan. Jamus Kalimosodo diwahyukan kepada Pendawa Lima dan diteruskan kepada para puteranya. Jadi para putera Pendawa Lima merupakan pralampita, pengejawantahan dari panca indera manusia yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit dan anggota badan.

Pertama adalah

Sang Pretiwindya putera dari Prabu Yudhistira sebagai perlambang indera penglihatan,

Sang Sutasoma, putera Sang Werkudara sebagai perlambang dari indera penciuman,

ketiga yakni Sang Sutakirti putera Sang Arjuna sebagai perlambang indera pendengaran,

ke empat yakni kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa, putera Raden Nakula yakni Sang Satanika sebagai perlambang lidah sebagai indera perasa, dan Sang Srutakarma putera dari Raden Sadewa sebagai perlambang kulit dan seluruh anggota badan sebagai indera perasa pula.

Kelima putera tersebut dari satu isteri Pendawa Lima yakni Dewi Drupadi sebagai wujud retasan dari Yang Maha Kuasa (purbawisesaning gesang).

Sehingga dapat diambil intisarinya yakni asal muasalnya panca indera tidak lain dari wujud ciptaan Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Hyang Wenang, Gusti Kang Maha Wisesa.
Tetapi, Sang Werkudara dari isteri Dewi Arimbi kemudian dikaruniai anak bernama Gatutkaca, selanjutnya sebagai perlambang dari pamicara. Pamicara atau bicara dengan bahasa manusia, bukanlah kewenangan Sang Hyang Wenag, purbawasesaning gesang hanya menciptakan suara untuk makhluknya, tidak menciptakan bahasa manusia. Bahasa atau bicara, wicara, merupakan hasil karya peradaban manusia, sehingga Gatutkaca bukan menjadi putera Werkudara dengan Dewi Drupadi, tetapi dengan Dewi Arimbi.

Sang Werkudara sendiri merupakan perlambang hawa atau udara, maka Gatutkaca adalah putera Werkudara dengan Dewi Arimbi, bukan dengan Dewi Drupadi. Artinya, bahwa nafas dan suara asalnya dari hawa atau udara. Maka jika mulut dubungkam, dan hidung ditutup, pasti tidak akan bisa bicara.

Versi Sunan Kalijaga Ketika agama Islam datang ke Indonesia, bahkan oleh salah satu wali songo (sembilan wali) - Sunan Kalijaga - wayang dijadikan alat untuk penyebaran agama Islam yang memasukkan unsur Islam dalam kandungan cerita Mahabharata, sebagai contoh :

Puntodewa atau Yudistira sebagai raja di Amartapura mempunyai jimat yang bernama "Jamus Kalimasada" yang merupakan pegangan atau lambang keunggulan sebagai raja diterjemahkan sebagai "Kalimat Sahadat" yang melambangkan keunggulan Islam sebagai pegangan hidup dengan pengakuan "tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusanNya".

Konon diceritakan Puntadewa belum bisa meninggal sebelum ada yang bisa menjabarkan jimat "Kalimasada" yang kemudian dalam pertapaannya bertemu dengan Sunan Kalijaga di hutan Ketangga yang menjabarkan "Kalimasada" sebagai "Kalimat Sahadat" dan yang meng-Islamkan Puntodewa atau Yudistira yang kemudian bisa menemui ajalnya dalam Islam (apabila dipikirkan secara "rational" tentu saja tidak masuk akal karena Puntadewa bagaimanapun adalah produk dari budaya Hindu tentu saja ini adalah kepandaian dari walisongo untuk meng-Islamkan masyarakat yang pada saat itu masih mayoritas Hindu). Dalam hal seberapa besar Islam betul betul secara effektif mempunyai pengaruh yang besar dalam "wayang purwo atau kulit" masyarakat Islam masih banyak meragukan, oleh karena itu ada sebagian masyarakat Islam bahkan mengharamkan "wayang purwo atau kulit" yang jelas nafas Hindunya atau Jawanya lebih menonjol dibandingkan dengan nafas Islamnya, lepas dari kenyataan bahwa "wayang purwo atau kulit" masih tetap digemari masyarakat Jawa yang Islam maupun yang bukan Islam. Kalimosodo atau Kalimasadha dalam Budaya Jawa.

Ada beberapa versi yang menginterpretasikan
JAMUS KALIMOSODO.

1. ada yang menginterpretasikan 2 kalimah syahadat.
2. ada yang menginterpretasikan lahirnya pancasila.
3. ada yang menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima apakah semua nya salah? tentu tidak… karena cara pandang setiap orang tidaklah sama.. hal yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan ISI/makna dari Jamus Kalimosodo… sebagai orang yang berpengertian jawa yang mendapatkan warisan dari leluhur Jawa, pengertian jamus KALIMOSODO secara singkat adalah : Kalimasada (Kalima usada atau jajampi wari gangsal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah :

1. Suci = setia, jujur.
2. Sentausa = adil paramarta. Tanggungjawab.
3. Kebenaran = sabar, belas kasih, rendah hati.
4. Pintar/kepandaian = pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, pandai meredam hawa nafsu.
5. Kesusilaan = selalu sopan-santun, teguh memegang tatakrama Langkah Kelima perkara tadi tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan serempak bersama-sama, atau diistilahkan Jawa; ayam kapenang.

Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang menjadi petunjuk hidup.
Dalam pewayangan, ayam kapenang tersebut menjadi perwujudan watak masing-masing Satria Pendawa Lima. Sehingga disebut sebagai ayam kapenang artinya telur ayam sak petarangan, yang mengandung maksud; pecah satu maka akan pecah semua. Ini untuk membahasakan guyub rukun nya para kesatria Pendawa Lima dalam tali persaudaraan, ada yang mati satu maka yang lain pasti akan membelanya. Langkah Lima perkara tersebut harus dijalankan secara kompak bersama-sama, jika salah satu tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, walaupun sudah menjalankan kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran sudah tentu tidak menjadi manungso pinunjul.

Kebenaran dilupakan, artinya tidak memahami akan benar salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Maka kesetiaan dan kesantausaannya hanya untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan kesusilaannya juga hanya untuk membodohi (baca;Jawa; minteri) orang lain. Perbuatan demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko, yang tidak bisa ditolak hanya dengan doa, justru sebaliknya, niscaya manusia akan jatuh dalam duka dan kesengsaraan.
Arti KALIMASADA terdiri dari beberapa bagian: Ka = huruf atau pengejaan Ka Lima = angka 5 Sada = lidi atau tulang rusuk daun kelapa yang diartikan Selalu Jadi kelima ini haruslah utuh(selalu 5). Kelima unsur kalimasada teridiri dari :
1. Ka Donyan (Keduniawian) ojo ngoyo dateng dunyo yang arti singkatnya adalah jangan mengutamakan hal yang bersifat duniawian , kebutuhan duniawi kita kejar tapi jangan diutamakan.
2. Ka Hewanan ( sifat binatang) ojo tumindak kaya dene hewan , cotoh : asusila. amoral, tidak beretika dll.
3. Ka Robanan , Ojo ngumbar hawa nafsu yang arti singkatnya jangan memelihra hawa nafsu , nafsu itu harus dikendalikan.
4. Ka Setanan Ojo tumindak sing duduk samestine yang arti singkatnya jangan bertindak yang tidak semestinya, contoh: gengsi, sombong (ingin seperti Gusti), menyesatkan, berbuat licik dll.
5. Ka Tuhanan artinya kosong Gusti Allah iku tan keno kinoyo ngopo nanging ono yang artinya Gusti Allah tidak dapat diceritakan secara apapun tapi toh ada.

Gantharwa adalah salah satunya yang diberikan “pusaka” mewarisi warisan dari leluhur Jawa. Pengertian Asli dari jamus kalimosodo di atas adalah isi murni dari pengertian sebenarnya, setiap orang boleh membungkusnya dengan bungkus apapun tetapi jangan sampai kehilangan makna aslinya. Karena pengertian di atas adalah pengertian sebenarnya dari jamus kalimusodo…

Sumber :
http://rainbowromanticzone-pusaka.blogspot.co.id/2011/01/blog-post.html?m=1

Sastra Jendra hayuningrat pangruwating diyu

Sastra Jendra hayuningrat pangruwating diyu

Kini tiba saatnya Resi Wisrawa memulai penjabaran apa arti ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Namun sebelum wejangan berupa penjabaran makna ilmu sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu diajarkan kepada Dewi Sukesi, Resi Wisrawa memberikan sekilas tentang ilmu itu kepada Sang Prabu Sumali. Resi Wisrawa berkata lembut, bahwa seyogyanya tak usah terburu-buru, kehendak Sang Prabu Sumali pasti terlaksana. Jika dengan sesungguhnya menghendaki keutamaan dan ingin mengetahui arti sastra jendra. Ajaran Ilmu Sastra Jendra itu adalah, barang siapa yang menyadari dan menaati benar makna yang terkandung di dalam ajaran itu akan dapat mengenal watak (nafsu-nafsu) diri pribadi. Nafsu-nafsu ini selanjutnya dipupuk, dikembangkan dengan sungguh-sungguh secara jujur, di bawah pimpinan kesadaran yang baik dan bersifat jujur. Dalam pada itu yang bersifat buruk jahat dilenyapkan dan yang bersifat baik diperkembangkan sejauh mungkin. Kesemuanya di bawah pimpinan kebijaksanaan yang bersifat luhur.

Terperangah Prabu Sumali tatkala mendengar uraian Resi Wisrawa. Mendengar penjelasan singkat itu Prabu Sumali hatinya mmenjadi sangat terpengaruh, tertegun dan dengan segera mempersilahkan Resi Wisrawa masuk ke dalam sanggar. Wejangan dilakukan di dalam sanggar pemujaan, berduaan tanpa ada makhluk lain kecuali Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi. Karena Sastrajendra adalah rahasia alam semesta, yang tidak dibolehkan diketahui sebarang makhluk, seisi dunia baik daratan, angkasa dan lautan. Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah sebuah ilmu sebagai kunci orang dapat memahami isi indraloka pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada yaitu pintu gerbang atau kunci rasa jati, yang dalam hal ini bernilai sama dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang bersifat gaib. Maka dari itu ilmu Sastra Jendera Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah sebagai sarana pemunah segala bahaya, yang di dalam hal ilmu sudah tiada lagi. Sebab segalanya sudah tercakup dalam sastra utama, puncak dari segala macam ilmu. Raksasa serta segala hewan seisi hutan, jika tahu artinya sastra jendra. Dewa akan membebaskan dari segala petaka. Sempurna kematiannya, rohnya akan berkumpul dengan roh manusia, manusia yang telah sempurna yang menguasal sastra jendra, apabila ia mati, rohnya akan berkumpul dengan para dewa yang mulya.

Sastra Jendra disebut pula Sastra Ceta. Suatu hal yang mengandung kebenaran, keluhuran, keagungan akan kesempurnaan penilaian terhadap hal-hal yang belum nyata bagi manusia biasa. Karena itu Ilmu Sastra Jendra disebut pula sebagai ilmu atau pengetahuan tentang rahasia seluruh semesta alam beserta perkembangannya. Jadi tugasnya, Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ialah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Untuk mencapai tingkat hidup yang demikian itu, manusia harus menempuh berbagai persyaratan atau jalan dalam hal ini berarti sukma dan roh yang manunggal, antara lain dengan cara-cara seperti:

Mutih : makan nasi tanpa lauk pauk yang berupa apapun juga.
Sirik : menjauhkan diri dari segala macam keduniawian.
Ngebleng : menghindari segala makanan atau minuman yang tak bergaram.
Patigeni : tidak makan atau minum apa-apa sama sekali.
Selanjutnya melakukan samadi, sambil mengurangi makan, minum, tidur dan lain sebagainya. Pada samadi itulah pada galibnya orang akan mendapalkan ilham atau wisik. Ada tujuh tahapan atau tingkat yang harus dilakukan apabila ingin mencapai tataran hidup yang sempurna, yaitu :

Tapaning jasad, yang berarti mengendalikan/menghentikan daya gerak tubuh atau kegiatannya. Janganlah hendaknya merasa sakit hati atau menaruh balas dendam, apalagi terkena sebagai sasaran karena perbuatan orang lain, atau akibat suatu peristiwa yang menyangkut pada dirinya. Sedapat-dapatnya hal tersebut diterima saja dengan kesungguhan hati.

Tapaning budi , yang berarti mengelakkan/mengingkari perbuatan yang terhina dan segala hal yang bersifat tidak jujur.

Tapaning hawa nafsu , yang berarti mengendalikan/melontarkan jauh-jauh hawa nafsu atau sifat angkara murka dari diri pribadi. Hendaknya selalu bersikap sabar dan suci, murah hati, berperasaan dalam, suka memberi maaf kepada siapa pun, juga taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memperhatikan perasaan secara sungguh-sungguh, dan berusaha sekuat tenaga kearah ketenangan (heneng), yang berarti tidak dapat diombang-ambingkan oleh siapa atau apapun juga, serta kewaspadaan (hening).

Tapaning sukma , yang berarti memenangkan jiwanya. Hendaknya kedermawanannya diperluas. Pemberian sesuatu kepada siapapun juga harus berdasarkan keikhlasan hati, seakan-akan sebagai persembahan sedemikian, sehingga tidak mengakibatkan sesuatu kerugian yang berupa apapun juga pada pihak yang manapun juga. Pendek kata tanpa menyinggung perasaan.

Tapaning cahya , yang berarti hendaknya orang selalu awas dan waspada serta mempunyai daya meramalkan sesuatu secara tepat. Jangan sampai kabur atau mabuk karena keadaan cemerlang yang dapat mengakibatkan penglihatan yang serba samar dan saru. Lagi pula kegiatannya hendaknya selalu ditujukan kepada kebahagiaan dan keselamatan umum.

Tapaning gesang, yang berarti berusaha berjuang sekuat tenaga secara berhati-hati, kearah kesempurnaari hidup, serta taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengingat jalan atau cara itu berkedudukan pada tingkat hidup tertinggi, maka ilmu
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu itu dinamakan pula “Benih seluruh semesta alam.”

Jadi semakin jelas bahwa Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu hanya sebagai kunci untuk dapat memahami isi Rasa Jati, dimana untuk mencapai sesuatu yang luhur diperlukan mutlak perbuatan yang sesuai.
Rasajati memperlambangkan jiwa atau badan halus ataupun nafsu sifat tiap manusia, yaitu keinginan, kecenderungan, dorongan hati yang kuat, kearah yang baik maupun yang buruk atau jahat.
Nafsu sifat itu ialah;

Lumamah (angkara murka), Amarah, Supiyah (nafsu birahi). Ketiga sifat tersebut melambangkan hal-hal yang menyebabkan tidak teraturnya atau kacau balaunya sesuatu masyarakat dalam berbagai bidang, antara lain: kesengsaraan, malapetaka, kemiskinan dan lain sebagainya. Sedangkan sifat terakhir yaitu Mutmainah (nafsu yang baik, dalam arti kata berbaik hati, berbaik bahasa, jujur dan lain sebagainya) yang selalu menghalang-halangi tindakan yang tidak senonoh.

Resi Wisrawa
Saat wejangan tersebut dimulai, para dewata di kahyangan marah terhadap Resi Wisrawa yang berani mengungkapkan ilmu rahasia alam semesta yang merupakan ilmu monopoli para dewa. Para Dewa sangat berkepentingan untuk tidak membeberkan ilmu itu ke manusia. Karena apabila hal itu terjadi, apalagi jika pada akhirnya manusia melaksanakannya, maka sempurnalah kehidupan manusia. Semua umat di dunia akan menjadi makhluk sempurna di mata Penciptanya.Dewata tidak dapat membiarkan hal itu terjadi. Maka digoncangkan seluruh penjuru bumi. Bumi terasa mendidih. Alam terguncang-guncang. Prahara besar melanda seisi alam. Apapun mereka lakukan agar ilmu kesempurnaan itu tidak dapat di jalankan.
Semakin lama ajaran itu semakin meresap di tubuh Sukesi. Untuk tidak terungkap di alam manusia, maka Bhatara Guru langsung turun tangan dan berusaha agar hasil dari ilmu tersebut tetap menjadi rahasia para dewa. Karenanya ilmu tersebut harus tetap tetap patuh berada di dalam rahasia dewa. Oleh niat tersebut maka Bhatara Guru turun ke bumi masuk ke dalam badan Dewi Sukesi. Dibuatnya Dewi Sukesi tergoda dengan Resi Wisrawa. Dalam waktu cepat Dewi Sukesi mulai tergoda untuk mendekati Wisrawa. Namun Wisrawa yang terus menguraiakn ilmu itu tetap tidak berhenti. Bahkan kekuatan dari uraian itu menyebabkan Sang Bathara Guru terpental keluar dari raga Dewi Sukesi. Tetapi Bathara Guru tidak menyerah begitu saja. Dipanggilnya permaisurinya yaitu Dewi Uma turun ke dunia. Bhatara Guru masuk menyatu raga dalam tubuh Resi Wisrawa sedang Dewi Uma masuk ke dalam tubuh Dewi Sukesi.
Tepat pada waktu ilmu itu hendak selesai diwejangkan oleh Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi, datanglah suatu percobaan atau ujian hidup. Sang Bhatara Guru yang menyelundup ke dalam tubuh Bagawan Wisrawa dan Bhatari Uma yang ada di dalam tubuh Dewi Sukesi memulai gangguannya terhadap keduanya. Godaan yang demikian dahsyat datang menghampiri kedua insan itu. Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi yang menerima pengejawantahan Bhatara Guru dan Dewi Uma secara berturut-turut terserang api asmara dan keduanya dirangsang oleh nafsu birahi. Dan rangsangan itu semakin lama semakin tinggi.
Tembuslah tembok pertahanan Wisrawa dan Sukesi. Dan terjadilah hubungan yang nantinya akan membuahkan kandungan. Begawan Wisrawa lupa, bahwa ia pada hakekatnya hanya berfungsi sebagai wakil anaknya belaka. Dan akibat dari godaan tersebut, sebelum wejangan Sastra
Jendra selesai, keburu hubungan antara Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi terjadi, kenyataan mengatakan mereka sudah merupakan suami-istri.
Seusai gangguan itu Bathara Guru dan Dewi Uma segera meninggalkan dua manusia yang telah langsung menjadi suami istri. Sadar akan segala perbuatannya, mereka berdua menangis menyesali yang telah terjadi. Namun segalanya telah terjadi. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu gagal diselesaikan. Dan hasil dari segala uraian yang gagal diselesaikan itu adalah sebuah noda, aib dan cela yang akan menjadi malapetaka besar dunia dikemudian hari.

Tetapi apapun hasilnya harus dilalui. Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi membeberkan semuanya apa adanya kepada sang ayah Prabu Sumali. Dengan arif Prabu Sumali menerima kenyataan yang sudah terjadi. Dan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi resmi sebagai suami istri, dan seluruh sayembara ditutup.

Lahirnya Rahwana

Berbulan-bulan di Lokapala Danaraja menunggu datangnya sang ayah yang diharapkan membawa kabar bahagia. Ia telah mendengar kabar bahwa sayembara Dewi Sukesi telah berhasil dimenangkan oleh Resi Wisrawa. Sampai suatu saat Wisrawa dan Sukesi sampai Lokapala.Dengan sukacita Danaraja menyambut keduanya. Namun Wisrawa datang dengan wajah yang kuyu dan kecantikan sang dewi yang diagung-agungkan banyak orang itu tampak pudar. Danaraja, merasa mendapatkan suasana yang tidak nyaman, kemudian bertanya pada ayahnya. Di depan istri dan putranya, Wisrawa menceritakan semua kejadian yang dialaminya dan secara terus terang mengakui segala dosa dan kesalahannya. Namun kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang amat teramat fatal dimata Danaraja. Mendengar penuturan ayahnya, Prabu Danaraja menjadi sangat kecewa dan marah besar. Danaraja tidak dapat mempercayai bahwa ayahnya tega mencederai hati putra kandungnya sendiri. Kemarahan itu sudah tak terbendung. Danaraja lalu mengusir kedua suami-istri tersebut keluar dari negara Lokapala. Akhirnya dengan penuh duka, sepasang suami istri itu kembali ke negara Alengka.

Dalam perjalanan kembali menuju Alengka, Dewi Sukesi yang sudah mulai hamil itu tidak dapat berbuat banyak. Tubuhnya yang mulai kehilangan tenaga tampak kuyu dan pucat. Setelah berbulan-bulan perjalanan yang melelahkan, tiba saat melahirkan. Di tengah hutan belantara padat, Dewi Sukesi tak kuasa lagi menahan lahirnya sang bayi. Akhirnya lahirlah jabang bayi itu dalam bentuk gumpalan daging, darah dan kuku. Dewi Sukesi terkejut juga Resi Wisrawa. Gumpalan itu bergerak keluar dari rahim sang ibu menuju kedalam hutan.

Kesalahan fatal dari dua orang manusia menyebabkan takdir yang demikian buruk terjadi. Gumpalan darah itu bergerak dan akhirnya menjelma menjadi seorang putra bayi berupa raksasa, seorang bayi laki-laki raksasa sebesar bukit dan satu orang bayi perempuan yang ujud tubuhnya ibarat bidadari, tetapi wajahnya berupa raksasa perempuan.

Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi hanya dapat berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Sang Penguasa Alam. Ketiga bayi itu lahir ditengah hutan diiringi lolongan serigala dan raungan anjing liar. Auman harimau dan kerasnya teriakan burung gagak. Suasana yang demikian mencekam mengiringi kelahiran ketiga bayi yang diberi nama Rahwana, Sarpakenaka dan Kumbakarna.

Dengan kepasrahan yang mendalam, Wisrawa dan Sukesi membawa ketiga anak-anaknya ke Alengka. Tiba di Alengka, Prabu Sumali menyambut mereka dengan duka yang sangat dalam. Kesedihan itu membuat Sang Prabu raksasa yang baik hati ini menerima mereka dengan segala keadaan yang ada. Di Alengka Wisrawa dan Sukesi membesarkan ketiga putra-putri mereka dengan setulus hati.
Rahwana dan Sarpakenaka tumbuh menjadi raksasa dan raksesi beringas, penuh nafsu jahat dan angkara. Rahwana tampak semakin perkasa dan menonjol diantara kedua adik-adiknya. Kelakuannya kasar dan biadab. Demikian juga dengan Sarpakenaka yang makin hari semakin menjelma menjadi raksasa wanita yang selalu mengumbar hawa nafsu. Sarpakenaka selalu mencari pria siapa saja dalam bentuk apa saja untuk dijadikan pemuas nafsunya. Sebaliknya Kumbakarna tumbuh menjadi raksasa yang sangat besar, tiga sampai empat kali lipat dari tubuh raksasa lainnya. Ia juga memiliki sifat dan pribadi yang luhur. Walau berujud raksasa, tak sedikitpun tercermin sifat dan watak raksasa yang serakah, kasar dan suka mengumbar nafsunya, pada diri Kumbakarna

Namun perasaan gundah dan sedih menggelayut di relung hati Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Ketiga putranya lahir dalam wujud raksasa dan raksesi. Kini Dewi Sukesi mulai mengandung putranya yang keempat. Akankah putranya ini juga akan lahir dalam wujud rasaksa atau raseksi? Dosa apakah yang telah mereka lakukan? Ataukah akibat dari gejolak nafsu yang tak terkendali sebagai akibat penjabaran Ilmu Sastrajendra Hayuningrat yang telah dilakukan oleh Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi?

Sadar akan kesalahannya yang selama ini terkungkung oleh nafsu kepuasan, Resi Wisrawa mengajak Dewi Sukesi, istrinya untuk bersemadi, memohon pengampunan kepada Sang Maha Pencipta, serta memohon agar dianugerahi seorang putra yang tampan, setampan Wisrawana/Danaraja, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati, yang kini menduduki tahta kerajaan Lokapala. Sebagai seorang brahmana yang ilmunya telah mencapai tingkat kesempurnaan, Resi Wisrawa mencoba membimbing Dewi Sukesi untuk melakukan semadi dengan benar agar doa pemujaannya diterima oleh Dewata Agung. Berkat ketekunan dan kekhusukkannya bersamadi, doa permohonan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi diterima oleh Dewata Agung. Setelah bermusyawarah dengan para dewa, Bhatara Guru kemudian meminta kesediaan Resi Wisnu Anjali, sahabat karib Bhatara Wisnu, untuk turun ke marcapada menitis pada jabang bayi dalam kandungan Dewi Sukesi.

Dengan menitisnya Resi Wisnu Anjali, maka lahirlah dari kandungan Dewi Sukesi seorang bayi lelaki yang berwajah sangat tampan. Dari dahinya memancar cahaya keputihan dan sinar matanya sangat jernih. Sebagai seorang brahmana yang sudah mencapai tatanan kesempurnaan, Resi Wisrawa dapat membaca tanda-tanda tersebut, bahwa putra bungsunya itu kelak akan menjadi seorang satria yang cendekiawan serta berwatak arif bijaksana. la kelak akan menjadi seorang satria yang berwatak brahmana. Karena tanda-tanda tersebut, Resi Wisrawa memberi nama putra bungsunya itu, Gunawan Wibisana.
Karena wajahnya yang tampan dan budi pekertinya yang baik, Wibisana menjadi anak kesayangan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Dengan ketiga saudaranya, hubungan yang sangat dekat hanyalah dengan Kumbakarna. Hal ini karena walaupun berwujud raksasa, Kumbakarna memiliki watak dan budi yang luhur, yang selalu berusaha mencari kesempurnaan hidup.
Nun jauh di negara Lokapala, Prabu Danaraja masih memendam rasa kemarahan dan dendam yang sangat mendalam kepada ayahnya. Hingga detik ini dia masih tidak dapat menerima perlakuan ayahnya yang dianggapnya mengkhianati dharma bhaktinya sebagai anak. Sang Resi Wisrawa sebagai ayah dianggapnya telah menyelewengkan bhakti seorang anak yang telah dengan tulus murni dari dalam bathin yang paling dalam memberikan cinta dan kehormatan pada ayah kandung junjungannya.
Rasa ini benar-benar tak dapat ia tahan hingga suatu saat Prabu Danaraja mengambil sikap yang sudah tidak bisa ditawar lagi. Prabu Danaraja lalu mengerahkan seluruh bala tentara Lokapala dan memimpinnya sendiri untuk menyerang Alengka dan membunuh ayahnya sendiri yang sudah tidak memiliki kehormatan lagi dimatanya. Alengka dan Lokapala bentrok dan terjadi pertumpahan darah. Pertumpahan darah yang ditujukan hanya untuk dendam seorang anak pada ayahnya.

Resi Wisrawa tidak dapat diam melihat semua ini. Ribuan nyawa prajurit telah hilang demi seorang Brahmana tua yang telah penuh dengan dosa. Wisrawa segera turun ke tengah pertempuran dan menghentikan semuanya. Kini ia berhadap-hadapan dengan Danaraja, anaknya sendiri. Dengan mata penuh dendam, Danaraja mengibaskan pedang senjatanya ke badan Wisrawa. Darah mengucur deras, Wisrawa roboh di tengah-tengah para prajurit kedua negara. Melihat Resi Wisrawa tewas dalam peperangan melawan Prabu Danaraja, Dewi Sukesi berniat untuk membalas dendam kematian suaminya. Rahwana yang ingin menuntut balas atas kematian ayahnya, dicegah oleh Dewi Sukesi. Kepada keempat putranya diyakinkan, bahwa mereka tidak akan mampu mengalahkan Prabu Danaraja yang memiliki ilmu sakti Rawarontek. Untuk dapat mengalahkan dan membunuh Prabu Danaraja. Mereka harus pergi bertapa, mohon anugrah Dewata agar diberi kesaktian yang melebihi Prabu Danaraja, yang sesungguhnya masih saudara satu ayah mereka sendiri, sebagai bekal menuntut balas atas kematian ayah mereka. Berangkatlah mereka melaksanakan perintah ibunya.

Video karnaval kabupaten Bojonegoro 2023